Seorang Yang Menginginkan Berjihad

Seorang lelaki datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya telah memeluk Islam, dan saya berba'iat kepada tuan untuk berhijrah dan berjihad, semata-mata untuk mengharapkan pahala dari Allah Ta'ala…!!"

Nabi SAW yang memang mempunyai pandangan tembus yang tidak terhalang hijab, tentu saja semua berkat pemberitahuan dan bimbingan wahyu yang disampaikan oleh Jibril AS, seketika tersenyum melihat semangat lelaki tersebut dan berkata, "Apakah masih ada salah satu dari orang tuamu yang masih hidup?"

"Masih, ya Rasulullah, bahkan kedua-duanya masih hidup!!" Kata lelaki tersebut.

"Kamu ingin memperoleh pahala yang besar dari Allah?" Kata Nabi SAW, tanpa ingin mematahkan semangat lelaki tersebut yang menyala-nyala.

"Benar, Ya Rasulullah..!!"

"Kembalilah kamu kepada kedua orang tuamu," Kata Nabi SAW, "Layanilah mereka sebaik-baiknya, pada mereka sajalah kamu berjihad…!!"

Inilah memang sikap bijaksana Nabi SAW. Dalam pandangan beliau, lelaki itu akan lebih bermanfaat jika tetap menjaga dan merawat kedua orang tuanya, daripada harus terjun di medanpertempuran. Tetapi secara umum, jika ada seorang muslim yang ingin bergabung dalam pasukan yang terjun ke medanjihad, beliau lebih sering menerimanya, bahkan mendoakan mereka dengan kebaikan.

Kasus ini hampir sama dengan yang terjadi pada Uwais al Qarany, seorang Tabi'in yang sebenarnya hidup sezaman dengan Nabi SAW, tetapi "tidak sempat" mengunjungi dan bertemu dengan Nabi SAW. Sebenarnyalah ia meminta ijin kepada ibunya untuk mengunjungi dan berba'iat kepada Nabi SAW di Madinah, tetapi ibunya mencegah kepergiannya dan ia patuh.

Memang, ibunya tersebut telah tua dan sakit-sakitan, tidak bisa beraktivitas apapun kecuali dengan bantuan Uwais. Tidak ada orang lain yang bisa diandalkan untuk membantunya kecuali anak satu-satunya tersebut. Kalau Uwais harus meninggalkan daerah Qaran di Yaman menuju Madinah, padahal akan makan waktu berhari-hari atau bahkan berbilang bulan, bagaimana keadaan ibunya tersebut. Terpaksalah Uwais harus memendam kerinduannya bertemu Nabi SAW demi patuh kepada ibunya.

Dan pena takdir menentukan ia tidak bisa bertemu langsung dengan Nabi SAW, ia baru bisa ikut haji ke Makkah setelah ibunya wafat, yakni ketika masa khalifah Umar bin Khaththab. Namun bertahun-tahun sebelumnya, Nabi SAW memuji sikap Uwais al Qarany ini, beliau bersabda, "Penghulu (sayyid) para Tabi'in adalah Uwais al Qarany…!!" Beliau juga mewasiatkan kepada Umar dan Ali bin Abi Thalib untuk menemui Uwais, dan memintakan doa ampunan untuk mereka. Dalam riwayat lain, memintakan doa ampunan untuk ummat Nabi SAW keseluruhannya. Lihat juga pujian Nabi SAW atas Uwais dalam kisah "Seorang Raja di Surga", di bagian sebelumnya dari buku ini.