Abu Hudzaifah Bin Utbah Ra
Abu Hudzaifah bin Utbah adalah putra tokoh Quraisy, Utbah bin Rabiah. Ia memeluk Islam ketika orangtua dan saudara-saudaranya gencar-gencarnya memusuhi Nabi SAW, yakni sebelum Nabi SAW berdakwah di rumah Arqam bin Abi Arqam. Ia menikah dengan putri tokoh Quraisy juga, yakni Sahlan binti Suhail bin Amr, yang juga telah memeluk Islam ketika orangtuanya gencar memusuhi Islam. Mereka berdua sempat berhijrah ke Habasyah sampai dua kali karena kerasnya tekanan dan permusuhan dari kaum Quraisy, terutama orang tua mereka.
Abu Hudzaifah termasuk Ahlu Badar, sementara itu orang tua dan saudara-saudaranya terbunuh dalam perang ini, namun demikian ia tidak mendendam kepada Hamzah dan Ali yang telah membunuh mereka. Hanya ketika mayat ayahnya dilemparkan ke sumur Badar seperti mayat orang-orang kafir lainnya, tampak perubahan di wajahnya, sehingga Nabi SAW bersabda, "Wahai Abu Hudzaifah, tampaknya engkau sedih dengan keadaan ayahmu tersebut?"
"Tidak ya Rasulullah," Kata Abu Hudzaifah, "Aku tidak bimbang atas ayahku dan kematiannya, hanya saja aku pernah menyampaikan tentang kebenaran ini dan keutamaannya, sehingga aku berharap Allah memberinya hidayah kepada Islam."
Perasaannya sempat bergolak, ketika sebelum dimulainya perang Badar, Nabi SAW berpesan agar mereka tidak membunuh Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi SAW yang berada di pihak kaum musyrik. Maka terlontarlah ucapannya yang emosional, "Kami berperang untuk membunuh ayah-ayah, saudara-saudara dan keluarga-keluarga kami, tetapi dilarang untuk membunuh Abbas!! Demi Allah, sekiranya aku menjumpainya, aku akan menebasnya dengan pedangku…"
Ucapannya ini disesalinya seumur hidup karena jelas telah menentang perintah Nabi SAW, dan itu membuatnya begitu semangat berjuang untuk memperoleh syahid sebagai tebusan ucapannya tersebut. Untungnya ia tidak bertemu dengan Abbas pada perang Badar tersebut, yang ternyata tertawan oleh seorang sahabat Anshar dan menyerahkannya kepada Nabi SAW.
Ketika hijrah ke Madinah Nabi SAW mempersaudarakannya dengan Abbad bin Bisyr, dan mereka berdua syahid di peperangan Yamamah di masa khalifah Abu Bakar, yakni pertempuran dalam rangka menumpas nabi palsu, Musailamah al Kadzdzab.