Amr Bin Anbasah Ra

Amr bin Anbasah, atau dikenal dengan nama kunyahnya Abu Najih adalah seorang sahabat yang berasal dari Bani as Sulam, suatu kabilah yang tinggal agak jauh di luar kota Makkah. Ia dikenal sebagai orang ke empat dalam Islam (dari kalangan lelaki dewasa).

Ketika masih jahiliah, ia mempunyai pendapat bahwa semua manusia saat itu dalam kesesatan karena percaya kepada berhala, karenanya ia sama sekali tidak percaya kepada berhala. Ketika terdengar berita adanya seorang lelaki (yakni Rasulullah SAW) yang suka mencela berhala-berhala di Makkah, ia segera datang ke Makkah untuk menemui Rasulullah SAW, saat itu beliau masih berdakwah secara sembunyi-sembunyi.

Dalam pertemuan di rumah beliau, ia bertanya, "Siapakah engkau?"

"Aku seorang Nabi," kata Rasulullah SAW.

"Apakah Nabi itu?"

"Utusan Allah!!"

"Allah mengutus kamu??" Amr menegaskan pertanyaannya.

Untuk diketahui, masyarakat Arab ketika itu sebenarnya mempercayai Allah sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta, hanya saja mereka juga mempercayai berhala sebagai sembahan, di satu sisi sebagai penghubung (washilah) peribadatannya kepada Allah, di sisi lain mereka mempercayai berhala tersebut bisa mengabulkan permintaan mereka.

Setelah Nabi SAW mengiyakannya, Amr kembali bertanya, "Untuk apa Allah mengutus kamu?"

"Supaya kami kami meng-Esakan Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu, menghancurkan patung berhala dan menyambung tali persaudaraan…" Nabi SAW menjelaskan.

"Siapakah yang bersama kamu?" Amr bertanya lagi.

"Orang merdeka dan hamba sahaya."

Orang merdeka yang dimaksudkan Nabi SAW adalah Abu Bakar, dan hamba sahaya yang dimaksudkan adalah Bilal bin Rabah.

Setelah beberapa pembicaraan lagi, akhirnya Amr memutuskan memeluk Islam mengikuti risalah yang dibawa Nabi SAW. Ia bermaksud uintuk tinggal bersama Nabi SAW di Makkah, tetapi beliau berkata, "Saat ini kamu belum bisa, kembalilah kamu ke keluargamu. Jika nanti kamu mendengar kabar aku telah berhasil, datanglah kepadaku…"

Seperti diketahui, Amr bin Anbasah tinggal di luar kota Makkah, jika ia tinggal bersama beliau, sedangkan ia tidak mempunyai kerabat yang bisa melindunginya di Makkah, beliau khawatir ia akan mengalami penyiksaan-penyiksaan seperti dialami oleh Bilal. Karena itu beliau menyuruhnya untuk tinggal di kampung halamannya saja.

Ia kembali ke kampung halamannya dalam keadaan Islam, dan terus menunggu-nunggu berita tentang Nabi SAW. Ketika terdengar kabar beliau telah hijrah ke Madinah, ia segera menyusul ke sana. Amr bin Anbasah menemui beliau dan berkata,

"Wahai Rasulullah, apakah engkau mengenali saya?"

"Ya, bukankah engkau yang datang kepadaku di Makkah??"

Sebagai seorang Nabi dan Rasul, tentu saja beliau memiliki ingatan yang tajam. Dan jawaban beliau itu amat menggembirakan bagi Amr bin Anbasah, ia berkata,

"Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku apa yang Allah ajarkan kepada engkau…" Maka Nabi SAW mengajarkan kepadanya tentang shalat, waktu-waktu shalat dan cara berwudlu sebagai persyaratan sebelum shalat. Dan ia tetap tinggal bersama Nabi SAW, ikut berjuang membela panji-panji keimanan hingga beliau wafat.