Amarah Bin Hazm Ra
Amarah bin Hazm adalah seorang sahabat Anshar dari kabilah Bani Malik. Pada perang Tabuk, pada mulanya Amarah diserahi untuk memegang panji dari Bani Malik, tetapi kemudian Rasulullah SAW mengambilnya kembali, dan menyerahkannya kepada Zaid bin Tsabit. Amarah jadi berfikir, jangan-jangan ia telah melakukan kesalahan sehingga beliau mengubah keputusannya tentang pemegang panji itu. Amarah menemui Nabi SAW, dan meminta maaf kalau memang melakukan kesalahan. Ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ada orang yang melaporkan kepada engkau tentang diri saya?"
Nabi SAW yang memahami maksud sahabatnya ini, bersabda, "Tidak, tidak ada kesalahanmu, tetapi ini saya lakukan itu karena ternyata Zaid lebih banyak menghafal Al Qur'an daripada kamu. Al Qur'anlah yang menyebabkan ia lebih didahulukan dalam memegang panji dari kaummu!!"
Amarah lega, dan iapun ikhlas panji Bani Malik dipegang oleh Zaid karena kelebihannya dalam menghafal Al Qur'an.
Dalam suatu perjalanan atau pertempuran, unta Nabi SAW lepas talinya dan menghilang entah kemana? Para sahabat menyebar ke berbagai arah untuk mencarinya, sedang Nabi SAW menunggu di tenda milik Amarah bin Hazm. Tanpa disadari oleh Amarah, seorang lelaki munafik bernama Zaid bin Lashit al Qainuqa’i ikut serta tinggal di tendanya. Orang munafik tersebut berkata dengan pelan (mengguman) kepada beberapa orang di sekitarnya,“Bukankah Muhammad ini mengaku sebagai Nabi dan ia mengklaim dirinya mengabarkan kepada kalian tentang berita dari langit, tetapi mengapa ia tidak tahu dimana untanya??”
Nabi SAW dan Amarah tidak mendengar perkataannya, tetapi tiba-tiba Malaikat Jibril datang mengabarkan tentang lelaki munafik tersebut serta keberadaan unta beliau. Nabi SAW berkata kepada Amarah, “Ada orang yang mengatakan : Muhammad ini mengaku sebagai Nabi dan ia mengklaim dirinya mengabarkan kepada kalian tentang berita dari langit, tetapi mengapa ia tidak tahu dimana untanya…”
Nabi SAW memandang sekitar beliau, kemudian bersabda lagi, “Demi Allah, aku tidak tahu apa-apa selain hal-hal yang diberitahukan Allah kepadaku. Dan Allah telah menunjukkan kepadaku akan untaku tersebut, ia berada di lembah ini, di jalan ini dan itu, ia tertahan untuk kembali ke sini karena tali kekangnya tersangkut pada sebuah pohon. Pergilah ke tempat itu dan bawalah ini kemari…!!”
Amarah segera pergi ke tempat yang ditunjukkan Nabi SAW dan menemukan unta beliau di sana. Ia segera kembali dan menyerahkan unta tersebut kepada Nabi SAW, dan beliau menunjukkan si orang munafik tersebut kepadanya. Amarah segera berdiri dan berkata lantang, “Demi Allah, sangat menakjubkan apa yang dikatakan Rasulullah SAW, tentang perkataan seseorang yang telah diiformasikan Allah kepada beliau, yakni ...begini dan begini…”
Amarah menceritakan dengan jelas tentang peristiwa tersebut. Tampaknya Zaid bin Lashit merasa “tersentil” oleh perkataan Amarah, maka ia berkata, “Demi Allah, ia (Nabi SAW) mengatakan hal itu sebelum ia (Nabi SAW) datang kepadaku (untuk mengkonfirmasi)…!!”
Dengan perkataannya tersebut seakan-akan ia membantah telah berkata seperti itu, bahkan “menuduh” Nabi SAW berbohong karena tidak mengkonfirmasikan sebelumnya kepadanya. Tentu saja Amarah menjadi marah dengan perkataannya tersebut, sosok Nabi SAW yang begitu dicintai dan diyakini kebenarannya tanpa reserve, secara tidak langsung telah dituduh berbohong oleh Zaid bin Lashit. Segera saja Amarah berkata, “Wahai hamba-hamba Allah, di tendaku ada seorang yang licik sementara aku tidak menyadarinya…”
Kemudian Amarah menujukan pedangnya kepada Zaid sambil berkata, “Keluar dari tendaku wahai musuh Allah, jangan bersamaku…!!”
Zaid yang kurang sigap berkelit sempat terkena ujung pedang pada lehernya hingga terluka, kemudian ia melarikan diri.