Amr Bin Umayyah Adh Dhamri Ra

Amr bin Umayyah adh Dhamri termasuk dalam rombongan tujuhpuluh sahabat Huffadz Qur'an yang ditugaskan Nabi SAW untuk mengajarkan Islam pada Bani Amir di Najd. Ketika perkemahan mereka di Bi'r Ma'unah diserang oleh kelompokyang dipimpin Amir bin Thufail, ia diserahi tugas menggembala unta-unta bersama Mundzir bin Uqbah bin Amr, sehingga keduanya lolos dari pembantaian.

Mereka melihat burung pemakan bangkai terbang di atas perkemahan teman-temannya, sesuatu yang buruk pasti tengah terjadi, karena itu mereka bergegas kembali. Tetapi dari kejauhan tampak para sahabat tersebut bergelimpangan bersimbah darah, dikelilingi para pembunuh yang senjatanya masih meneteskan darah. Amr berkata kepada Mundzir, "Marilah kita kembali ke Madinah, dan memberitahukan kejadian ini kepada Nabi SAW!"

Tetapi Mundzir menolak usulannya tersebut, menurutnya, kejadian ini pasti akan sampai kepada Nabi SAW, cepat atau lambat, lebih baik kalau mereka menyerang para pembunuh itu hingga syahid menyusul sahabat-sahabatnya tersebut. Amr menyambut usulan ini, mereka berdua menghambur menyerang para pembunuh yang jumlahnya jauh lebih banyak, Mundzir tewas terbunuh dan Amr ditawan oleh Amir bin Thufail, sekaligus dijadikan budaknya.

Amir bin Thufail membawa Amr pulang, tetapi ketika bertemu ibunya, sang ibu memaksa Amir bin Thufail untuk membebaskan Amr sebagai sahayanya, karena ia memang pernah bersumpah/bernadzar untuk memerdekakan seorang budak. Amir bin Thufail bersedia menunaikan amanat ibunya tersebut, dan Amr dilepaskan.

Dalam perjalanan pulang ke Madinah, di sebuah jalan tembus bernama Qarqarah, Amr beristirahat. Tak lama berselang datang dua orang dari bani Kilab, yang juga masih kerabat dengan Amir bin Thufail, beristirahat di tempat itu juga. Setelah kedua orang itu tertidur, Amr membunuh keduanya, sebagai tindakan balasan atas pembunuhan teman-temannya.

Ketika Amr telah sampai di Madinah dan menceritakan apa yang dialaminya kepada Nabi SAW, beliau amat sedih dan marah atas tindakan Amir bin Thufail dan kabilah yang membantunya. Beliau sempat mendoakan keburukan bagi mereka selama tigapuluh hari, yakni ketika berjamaah shalat subuh, yaitu dengan membaca qunut nazilah.

Tetapi Nabi SAW menyesalkan tindakan Amr membunuh dua orang bani Kilab yang sedang beristirahat di Qarqarah, karena sebenarnya beliau menjalin perjanjian persahabatan dengan kabilah tersebut. Kemudian beliau mengumpulkan uang dari orang-orang muslim dan sekutunya dari Yahudi, untuk membayar tebusan (diyat) pada bani Kilab.

Amr bin Umayyah dan Salamah bin Abu Salamah pernah diutus Nabi SAW ke Makkah secara diam-diam untuk membunuh Abu Sufyan. Hal itu dilakukan sebagai tindakan balasan karena Abu Sufyan telah mengirimkan seorang Arab Badui untuk membunuh Nabi SAW. Tetapi sebagaimana orang Arab Badui itu gagal membunuh Nabi SAW, mereka berdua juga gagal membunuh Abu Sufyan karena ketatnya pengawalan. Tetapi mereka berdua berhasil menyelamatkan jenazah sahabat Khubaib bin Adi dari tiang penyaliban kaum Quraisy setelah berhasil memperdaya penjaganya (dalam riwayat lain, membunuh tiga orang yang menjaga tiang salib, atau membunuh tiga orang Quraisy dalam perjalanan tersebut), kemudian membawa pergi dan memakamkannya di tempat tersembunyi.

Amr bin Umayyah juga diutus Nabi SAW untuk menyampaikan suratkepada Raja Najasyi di Habasyah, suratseruan memeluk Islam. Memang, walaupun saat itu Ja’far bin Abu Thalib telah tinggal di sanadengan jaminan keamanan Najasyi, tetapi ia tidak menyeru dan tidak diperintah Nabi SAW untuk mendakwahi Najasyi untuk memeluk Islam. Setelah menerima surat tersebut dari Amr dan selesai membacanya, Najasyi meletakkan surattersebut di depan matanya yang berkaca-kaca. Kemudian ia turun dari singgasananya dan mengucap syahadat di hadapan Ja’far bin Abu Thalib.

Selain surat tersebut, Amr juga membawa surat lamaran Nabi SAW untuk memperistri Ummu Habibah binti Abu Sufyan, yang telah menjadi janda ketika di Habasyah. Surat tersebut juga diberikan kepada Najasyi, dimana Najasyi sendiri bertindak mewakili Nabi SAW melamar Ummu Habibah dengan mahar 400 dinar (uang emas) dari Najasyi. Ia juga mengadakan jamuan makan untuk semua kaum muslimin yang hadir, dan memberi mereka dengan dinar-dinar.

Amr kembali ke Madinah bersama rombongan Ja’far dan juga Abu Musa al Asy’ary yang sebelumnya perahu mereka terdampar di Habasyah.