Abdullah Bin Atik Ra

Suku Aus dan Khazraj adalah dua suku yang selalu bermusuhan semasa jahiliah. Ketika cahaya Islam menyinari dan menghilangkan permusuhan mereka, sikap saling bersaing tidak bisa hilang begitu saja. Hanya saja persaingan mereka kini dalam menunjukan bakti dan perjuangan serta pembelaan kepada Nabi SAW dan Islam. 

Ketika Suku Aus yang diwakili Muhammad bin Maslamah dan teman-temannya berhasil membunuh musuh Islam, Ka'b bin Asyraf, seorang tokoh yahudi yang sering menghasut dan menyakiti orang-orang Islam, Suku Khazraj berusaha untuk bisa "mengimbangi" prestasi tersebut. Mereka teringat pada Abu Rafi Sallam bin Abu Huqaiq, tokoh Yahudi yang tinggal di Khaibar, yang juga sangat memusuhi Nabi SAW dan orang muslim lainnya. Mereka meminta ijin kepada Nabi SAW untuk membunuhnya, dan beliau mengijinkannya.

Lima orang dari Bani Salimah dan Bani Aslam, yakni Abdullah bin Atik, Mas'ud bin Sinan, Abdullah bin Unais, Abu Qatadah Harits bin Rib'i dan Khuzai bin Aswad R.hum berangkat ke Khaibar untuk melaksanakan tugasnya. Nabi SAW menetapkan Abdullah bin Atik sebagai pimpinan rombongan tersebut, dan beliau melarang membunuh wanita dan anak-anak.

Mereka tiba di benteng Abu Rafi ketika matahari telah tenggelam, dan pintu benteng hampir ditutup. Ibnu Atik berkata kepada teman-temannya, "Tetaplah kalian disini, aku akan menyiasati penjaga pintu gerbang agar aku dibolehkan masuk!"

Abdullah bin Atik duduk tak jauh dari pintu gerbang dan menutupi dirinya dengan kain seolah-olah sedang buang hajat, sementara orang-orang telah masuk semuanya. Melihat masih ada orang di luar, penjaga itu berteriak, "Hai hamba Allah! Jika engkau hendak masuk, segeralah, karena aku akan mengunci pintu ini!"

Ibnu Atik segera saja masuk dan bersembunyi. Ketika penjaga telah berlalu, ia mengambil kunci yang ditaruh pada sebuah kayu pancang dan membuka pintu benteng sehingga teman-temannya bisa masuk. Mereka mendatangi rumah Abu Rafi, tetapi masih ada tamunya. Ketika tamu itu pulang, mereka memasuki rumah dan menuju kamar Abu Rafi yang berada di lantai atas. Setiap melalui pintu, mereka menguncinya sehingga akan mempersulit bantuan kalau mereka ketahuan.

Ketika sampai di kamarnya, keadaan sangat gelap sehingga sulit diketahui dimana Abu Rafi berada. Ibnu Atik berinisiatif memanggil namanya. Abu Rafi balik bertanya, "Siapa itu?" 

Abdullah bin Atik segera saja menebaskan pedang ke arah suara itu. Terdengar jeritan, tetapi tampaknya itu belum membunuh tokoh Yahudi tersebut. Ia diam-diam keluar kamar, sesaat kemudian masuk lagi seolah-olah datang untuk membantu. Ia berkata, "Suara apa yang tadi aku dengar, wahai Abu Rafi!"

"Celakalah ibumu," Kata Abu Rafi, "Barusan ada lelaki yang memukulku dengan pedang!"

Kali ini posisinya cukup dekat, mereka berlima memukulnya beberapa kali, dan terakhir menusuk perut Abu Rafi hingga tembus ke belakang. Setelah itu mereka segera keluar dari kamar dan rumah tersebut, tetapi Ibnu Atik kurang hati-hati sehingga terjatuh ketika menuruni tangga, betisnya retak dan ia membalutnya dengan sorban.

Beberapa saat kemudian orang-orang berkumpul ke rumah Abu Rafi karena adanya keributan, dan mereka mendapati salah satu tokohnya telah mati. Istri Abu Rafi menceritakan apa yang terjadi, ia juga sempat berkata, "Saat itu aku mendengar suara Ibnu Atik, tetapi aku menafikannya. Apa mungkin Ibnu Atik ada disini?"

Mereka berlima tidak langsung kembali ke Madinah, tetapi menunggu sampai pagi di luar dinding benteng untuk meyakinkan diri bahwa tokoh yahudi itu sudah mati. Ketika seseorang telah mengumumkan kematian Abu Rafi, mereka segera pulang. Tiba di Madinah, saat itu Nabi SAW sedang berdiri di atas mimbar, beliau langsung menyambutnya dengan bersabda, "Wajah-wajah yang telah memperoleh kemenangan!"

"Wajah engkau juga memperoleh kemenangan, Ya Rasulullah!!" sahut mereka.

Nabi SAW meminta pedang-pedang mereka untuk memastikan kematian musuh Allah tersebut, dan beliau bersabda, "Benar, ia telah mati, ini ada bekas makanannya di bagian mata pedang!!" 

Nabi SAW mengusap kaki Ibnu Atik yang sakit, dan seketika itu sembuh.

Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa mereka berlima mengklaim dirinya yang membunuh Abu Rafi. Setelah memeriksa pedang-pedang mereka yang masih membekas darahnya, Nabi SAW menyatakan pedang Abdullah bin Unais yang membunuhnya, karena ada bekas sisa makanannya.